+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Kabar UBB

Universitas Bangka Belitung
28 April 2024 | 21:08:32 WIB


Prof Delianis Minta Jaga Kelestarian Mangrove, Nilai Ekologis dan Komersialnya Sangat Tinggi


Prof Dr Ir Delianis MSc (nomor tiga dari kanan) berfoto dengan dosen Prodi Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Bangka Belitung, usai memberikan kuliah umum bertajuk “Nilai Komersil dari Pigmen Berbasis Mangrove sebagai Pewarna Alamiah” di Fakultas Pertanian Perikanan dan Kelautan UBB, Rabu (24/04/2024). 

 

BANGKA, UBB --  Guru Besar Universitas Diponegoro (Undip)  Prof. Dr. Ir. Delianis Pringgenies., M.Sc. menegaskan  tanaman mangrove (Rhizophora sp)  memiliki peran ekologis yang besar,  dan nilai komersial  yang tinggi. 


Populer dengan sebutan bakau,   mangrove  yang  selain berfungsi sebagai   penahan ombak dan aspek  lingkungan lainnya,  menurut Delianis  pigmen tanaman ini  pun  merupakan sumber pewarna alami yang  menjadikan batik bernilai jual tinggi.


“Pigmen alami ini  dapat digunakan pada produksi batik.  Nuansa warna yang dihasilkan jauh lebih kaya  dan menarik, sekaligus ramah lingkungan!,” tukas Delianis ketika memberikan Kuliah Umum di Fakultas Pertanian, Perikanan dan Kelautan (FPPK) Universitas Bangka Belitung,  Rabu (24/4/2024).


Kuliah umum bertajuk “Nilai Komersil dari Pigmen Berbasis Mangrove sebagai Pewarna Alamiah” ini dibuka  Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) FPPK Dr. Fika Dewi Pratiwi, S.Pi., M.Si, dan dimoderatori Arthur M. Farhaby  S.Si., M.Si. (dosen MSP) Hadir   puluhan mahasiswa Prodi MSP dan undangan dari sivitas akademika UBB.


Delianis mengemukakan Indonesia dikaruniai Sang Pencipta jutaan hektar tanaman mangrove, bila dikelola secara berkelanjutan dapat menghasilkan berbagai jenis produk.  Tanaman yang umumnya tumbuh di kawasan pesisir itu, selain menghasilkan pewarna alami, juga beragam panganan, pupuk organik dan kompos.

Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Diponegoro berfose usai sosialisasi dan mempraktikkan penggunaan pewarna alami mangrove pada perajin batik mangrove “Wijaya Kesuma” di Mangkang Wetan-Tugu, Semarang.  Dua dari kiri Prof Dr Ir Delianis MSc.
 

Berdasarkan penelitian yang ia lakukan, menurut Delianis bahan yang terkandung dalam pigmen bakau atau mangrove itu di antaranya  berupa natural tanin.  Pigmen ini diperoleh dari proses ekstraksi  pada daun dan ranting mangrove, dan  merupakan bahan pengawet alami.


Uji laboratorium pada  daun dan batang beberapa  spesies mangrove seperti  Sorenasia alba sp,  Rizophora sp,  Avecenia sp, Ceripos decandra, Agricepos sp, dan Lumicera sp, kata Delianis menghasilkan beragam warna alami yang kuat.


“Setelah digunakan untuk membatik, hasil pewarnaan alam mangrove memperlihatkan variasi warna terang, yang berbeda, kuat dan tidak luntur,” ujar Delianis, menambahkan penggunaan warna alami ini sudah dilakukan di Jawa Tengah dan Pulau Bangka.


Pakar bahan hayati laut  Indonesia  ini mengemukakan,   di Jawa Tengah, Undip  telah mensosialisasikan dan mempraktikan  penggunaan bahan pewarna alami mangrove.  Di antaranya dengan mitra pembatik  dari Kelompok Batik Mangrove “Wijaya Kusuma” di kawasan Wetan Tugu, Semarang.

Prof Dr Ir Delianis Pringgenies MSc (tengah) memberikan kuliah umum bertajuk “Nilai Komersil dari Pigmen Berbasis Mangrove sebagai Pewarna Alamiah” di Fakultas Pertaniian Perikanan dan Kelautan Universitas Bangka Belitung, Rabu (24/04/2024).


Sementara di Pulau Bangka, praktik membuat pewarna alami dari mangrove telah dilaksanakan oleh Denialis kepada ibu-ibu nelayan, PKK, karang taruna, siswa SMK Negeri I Tukak,  Kecamatan Tukak Sadai, Bangka Selatan. 


“Di samping karena tidak mengandung bahan kimia, pakaian yang menggunakan pewarna pigmen bakau ini tidak menyebabkan alergi dan iritasi,” tukas Delianis ketika membahas mengapa harga  batik menggunakan pewarna alami jauh lebih mahal.


Dikemukakannya,  pewarna alami yang berasal dari pigmen mangrove  ini  telah dipresentasikan oleh tim pakar bioteknologi dari Undip di University of Aarhus, Denmark, selama tiga hari (19-22 September 2018).


Presentasi dari tim ini  -- terdiri dari Dr Delianis Pringgenies MSc (ketua), Dr Ervia Yudiati, Dr Ria Azizah, dan Endang Susilowati MSc (anggota) -- , mendapat tanggapan positif,  baik dari warga masyarakat Denmark, ilmuwan dan peneliti Aarhus University, maupun dari staf dan Dubes RI. 


"Tanggapan positif datang dari semua pihak, karena pewarna alami dari pigmen bakau itu sesuai dengan kampanye back to nature, ramah lingkungan, dan green issue. Selain itu, ia sangat baik bagi kesehatan pemakai pakaian berbahan alami,” ujar Delianis, ketika itu. 


Dalam kuliah umum  yang digagas Prodi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Perikanan dan Kelautan UBB, Delianis menegaskan pentingnya semua pihak untuk memelihara dan menanam kembali (replanting) tanaman mangrove.


“Upaya itu semua merupakan bagian dari apa yang menjadi slogan dunia, yaitu “lets save our next generation”  (ayo kita selamatkan negerasi berikutnya-red),” tegas Delianis.

 

Dosen  dan mahasiswa dari Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Diponegoro (Undip) perfuse setelah melakukan penanaman mangrove di pesir pantai Jawa Tengah. Paling kanan Prof. Dr. Ir. Delianis Pringgenies M.Sc 


Ia menjelaskan keberadaan mangrove memiliki rantai lingkungan yang sangat tinggi.  Selain sebagai habitat  biota laut  -- terutama ikan --  hidup dan berpijah,  hutan mangrove yang padat dan sehat merupakan bagian dari rantai lingkungan  yang salit terait satu sama lain, atas ikan, seagrass beds (padang lamun),  patch reef  (tambalan karang),  shallow forereef,  dan montastraea reef (terumbu montastrea).


Delianis juga mengajak kaum wanita untuk terlibat aktif dalam penanaman mangrove di kawasan masing-masing. Lewat slide yang bertajuk “The Role of Women Enpowerment” (Peran Pemberdayaan Perempuan), ia menunjukkan pantai yang berlumpur dan rusak menjadi hijau dan asri setelah mangrove tumbuh-subur.


“Mangrove itu banyak fungsi dan peran.  Di samping penyangga ombak besar yang menerpa pantai, aspek lingkungan dan ekonomisnya tak terhingga,” tukas Delianis.


Ia menyebut mangrove dapat menjadi berbagai jenis bahan  makanan seperti kue, kerupuk, selai, dan sebagainya.  Adapun  sisa  tangkai dan daun mangrove setelah difermentasi  berubah menjadi pupuk organik. 


“Buah mangrove bisa dijadikan bahan untuk kerupuk. Nutrisi yang terkandung  pada  buah mangrove sangat tinggi. Adapun tepung dari bahan mangrove juga mengandung gizi dan protein tinggi,” ujar Delianis (Eddy Jajang Jaya Atmaja).

 



UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi